Friday, February 16, 2007

[PUISI] : Maaf, aku.........



Maaf, Sayang
Aku berbohong pagi kemarin
Tentang sebuah pesan singkat yang menanyakan kabarku
Yang aku katakan dari seorang teman lama
Yang benar dia adalah kekasih dulu
Yang aku tinggalkan dengan ucapan,
“Maaf, aku menginginkan seseorang yang dekat di sisiku
Bukan kau yang jauh di mata, juga telah jauh di hati”

Maaf, Sayang
Aku juga membohongimu siang kemarin
Saat sebuah pesan singkat kembali masuk
Dari dia yang sama
Menginginkan aku menemuinya
Berbagi cerita di saat makan siang di tempat yang biasa
Dan aku menyanggupi bertemu
Entah karena penasaran
Atau ada rindu
Ataukah jejak cinta itu masih ada?
Entahlah
Yang pasti aku membohongimu dengan ucapan,
“Sayang, aku mau menemani Ibu ke rumah kerabat”

Maaf, Suamiku
Sepanjang sore aku berbohong padamu
Sekelilingku serasa mati saat bertemu dengannya
Aku begitu menikmati setiap waktu bersamanya
Heran mengapa aku takut waktu beranjak petang
Dan mengharuskanku pulang ke rumah kita
Ke cintamu

Suamiku…….
Aku begitu bahagia sore ini
Bertemu dia yang telah berlalu sekian tahun di belakang
Menikmati percakapan-percakapan tentang diriku,
Tentang dirinya
Tentang kami
Dan mimpi-mimpi yang telah terkubur dalam

Waktu berputar ke belakang di sekeliling kami, Suamiku
Tidak ada yang berubah
Dan aku terkejut
Saat mendapati diriku berdoa
Agar waktu tidak cepat beranjak malam
Dan berpisah dengannya

Maaf, Suamiku
Aku berbohong malam kemarin
Saat kau bertanya,
“Sudah larut, mengapa belum pulang?”
Yang aku jawab,
“Sebentar lagi, Sayang. Aku shalat Isya di tempat kerabat”

Akhirnya, aku pamit kepadanya
Saat para hamba berhamburan keluar dari masjid sebelah
Seusai Isya malam kemarin
Tak aku biarkan dia menyalamiku
Seolah aku menginginkan ada pertemuan lagi
Tapi sesungguhnya, saat itu aku teringat padamu, Suamiku
“Kau milikku, Mima. Cuma untukku,” ucapmu suatu waktu
Dan aku tak lagi membiarkan laki-laki manapun menyentuhku
Meski itu adalah sebuah salam
Aku memang milikmu, tapi entahlah hatiku
Setidaknya saat itu

Aku beranjak pulang
Di tengah hujan
Di tengah gemuruh hatiku
Di tengah kebimbangan yang tiba-tiba merajaiku
Jiwaku membeku
Dan aku seolah tuli

Aku masih tetap juga bungkam
Saat kau mengundangku memasuki duniamu malam ini, Suamiku
Entah mengapa aku risau
Ataukah aku takut meneriakkan namanya
Saat aku tengah di ujung nikmat
Hanya karena dia memenuhi setiap sel otakku hari ini?

No comments: