Monday, October 09, 2006

CERPEN : STILETTO!

Aura. Rumah. Menunggu Iwan.
Lagi BT banget. Nungguin suami yang belum keliatan batang idungnya. Padahal sudah jam 8 malam. Malam ulang tahunku pula. Sedih. Iwan ke mana ya? jam kerja berakhir 3 jam lalu. Tidak ada alasan sama sekali untuk dia pulang telat, kalaupun ada, kenapa dia tidak berkabar.
08524230****
/bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik bagimu/kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku/namun takkan mudah bagiku meninggalkan jejak hidupmu/yang tlah terukir abadi/………………………………………….
Nada sambungnya masih terdengar setelah beberapa kali berulang sebelum kuakhiri panggilanku ke HP-nya. Belakangan ini dia memang malas menjawab telefon. Entah kenapa. Males terpecah aja konsentrasi katanya. Tidak beralasan.
Aku menunggu. Menit demi menit berlalu. 1 jam berlalu. D’cafĂ© sudah 2 kali menelfon untuk konfirmasi bookingan meja untuk dinner dengan suamiku malam ini. Akhirnya terpaksa kubatalkan. Selera makanku pun sudah hilang. Entah menguap ke mana. Hilang tanpa bekas. Aku duduk sendiri di depan teras. Begitu teganya Iwan membiarkanku menunggu. Di hari ulang tahunku. Tanpa kabar, ia hilang.

* * *

Iwan. Pesta. Melupakan Aura.
Gue, Adit, Fariz, dan si sexy Maylan lagi di rumah Maylan. Ada party malam ini, ulang tahun Maylan. Gila! Cantik banget dia malam ini. Kulitnya yang putih bersih terbungkus sackdress hitam yang elegan.
Bukan rahasia lagi. Maylan yang cantik tertarik padaku. Bukan cuman aku yang rasa, anak-anak juga bilang seperti itu. Perhatiannya itu lho, mulai dari menyapaku tiap pagi saat masuk kantor, memperhatikan noda kopi di dasiku, Bantu aku nyiapin materi presentase, sampai (kadang-kadang) rela mengantarku pulang kalo mobil lagi dipake istriku. Padahal dia tahu kalo aku a married man. Tapi dia sepertinya no problemo. Tipikal wanita eropa yang none of other business, tidak mau pusing, tidak mau repot dengan urusan orang lain. Maylan memang separuh londo, ibunya Jawa, tapi sepertinya kultur eropanya lebih kuat.
Tapi aku sudah punya Aura, istriku. Tidak bijaksana memang membandingkan Aura dengan Maylan. Aura kalah banyak. Dari segi fisik, Maylan menang banyak. Dia juga seorang wanita berwawasan luas. Dan yang pasti, G A U L.. dia bisa cheer up people life. Orang tidak akan pernah bosan di sisinya. Beruntungnya aku ini. Hmmmmm…….Maylan.
“Dear, some more drinks?” tanyanya sambil mengecup lembut pipiku.
“No, cukup, Maylan. Aku nyetir pulang nanti. Ini aja aku udah separuh mabuk liat kamu cantik sekali malam ini,” jawabku.
“Ohohohohoo…………crocodile! Playboy! Would you like to dance with me?” ajaknya.
“Sure!”
Di tengah pesta. Di antara suara lembut Witney Houston dengan I Will Always Love You-nya, ada aku memeluk Maylan. Berdansa perlahan-lahan. Menikmati puber keduaku. Menikmati kulit punggungnya yang halus. Menikmati wanginya Estee Lauder Pleasure dari tubuhnya. I am a lucky man. A lucky man.

* * *

Aura. Di rumah. Tertidur di teras.
Aku tersentak bangun. Brrrr……….dingin sekali. Rupanya aku tertidur di teras. Jam berapa ini? God, 00.33 dini hari.
Iwan belum pulang. Tidak ada kabar. Apalagi ucapan selamat ulang tahun. Aku benar-benar cemas. Ini bukan kali pertama dia pulang telat. Tapi ini tanpa kabar, tanpa alasan. Aku mencoba menghubungi Adit dan Fariz. Out of coverage area. Aku cemas. Siapa tau terjadi sesuatu pada suamiku. Perasaanku sedikit tidak enak. Yaa Allah, mana suamiku????
Mending aku masuk dulu. Coba menenangkan fikiran. Seduh teh hangat. Kamu di mana, Wan? Kenapa tidak kabari aku ke rumah? Tanpa terasa, aku menangis. Lelah, putus asa.
Hubungan kami belakangan ini agak dingin. Dia seringkali menghindar, pulang malam, bahkan kadang-kadang terlihat tidak mood berbicara denganku. Semula kufikir dia stress karena kerjaaannya, tapi………….
Dia berubah. Harus aku akui. Tapi kenapa? Tidak ada yang berubah dari diriku. Aku masih seorang Aura yang penuh dengan cinta untuknya. Melayaninya, mengurus segala kebutuhannya, dan semuanya. Atau…….apa dia tertarik dengan perempuan lain? Tidak mungkin. Dia cuma mencintaiku. Itu kan yang sering dikatakannya selama ini? Tapi, kapan ya terakhir dia bilang itu? Ulang tahunku yang kemarin? Ulang tahun perkawinan kami yang ke-9 tahun kemarin? Sepertinya memang sudah agak lama aku tidak mendengarnya mengatakan aku cantik.
Karena memang aku tidak cantik lagi? Atau, apa memang tidak pernah cantik ya? lalu aku bringsut ke depan cermin. Perlahan berdiri, megangkat muka, dan memandangi seluruh tubuhku di depan cermin. Hah! Sudah berapa lama ya aku berhenti mengurus badanku? Sejak si kembar Dhawy dan Dhiya lahir? Sejak bidadari kecilku Aliyah lahir? 4 tahun yang lalu????? God! Selama itukah aku membiarkan diriku lecek, kumal seperti ini?
Aku terpaku di depan cermin besarku. Melihat sosok Aura yang utuh dengan kulit muka yang kusam, payudara yang sudah turun, badan yang gembrot tanpa lekuk. Totally uninteresting. Am I this bad?
Tahun-tahun panjang aku lewati dan menikmati kehidupanku sebagai istri dan ibu dari 3 malaikat kecilku. Lambat laun aku mulai lupa untuk mengurus diriku. Hubungan yang terjalin antara aku dan Iwan selama ini baik-baik saja kufikir, dengan aku yang mengurus segala kebutuhannya dan kebutuhan anak-anak kami, dengan aku yang mengantarnya bekerja dan menungguinya pulang, dan dia yang bertebar untuk memberikan penghidupan bagi kami.
Hubungan yang tercipta adalah saling pengertian dan saling percaya, bukan lagi waktu-waktu yang dihabiskan dengan kata-kata mesra dan cinta yang menggairahkan.
Aku wanita 30 tahun. Iwan adalah pria 31 tahun. Kami masih sangat muda dengan 9 tahun usia pernikahan. Dan setelah sekian waktu, apakah Iwan masih menginginkan saya untuk tampil seperti 9 tahun yang lalu? Apakah dia masih menginginkan saya utuh seperti pertama kali kami bertemu, pacaran, menikah, dan bercinta? Sementara dari rahim saya sudah ada Dhawy, Dhiya, dan Aliyah???????
Tidak adil! Sangat tidak adil. Tapi dia tidak mungkin selingkuh! Aku tau, cuman aku yang dia cintai!

* * *

Iwan. Di rumah Maylan. Memeluk Maylan.
Jam berapa ini? God, 00.33 dini hari. Aura pasti tengah kebingungan mencariku. Huh, alasan apalagi yang akan kukatakan. Mudah-mudahan wangi parfum Maylan tidak menempel di badanku. Atau aku perlu mandi sebelum pulang. Persetan! Aku pulang besok pagi saja. Aku masih ingin bercinta dengan Maylan subuh nanti.
Aku memang telah melakukan hal gila. Bersetubuh dengan wanita yang bukan istriku. Tapi, kucing mana yang menolak ikan segar? Hmmm…….Berapa lama aku tidak merakan gairah perempuan muda yang wangi dan menarik? Sudah berapa lama aku tidak merasakan lekuk kesempurnaan seorang wanita? Aura sudah tidak lagi berbentuk. Lemak memenuhi tubuhnya, dan payudaranya yang tidak lagi kencang. Seks hanya simbolis hubungan kami sekarang ini, meskipun Aura masih sangat menikmatinya. Tapi aku tidak lagi. Yaaah….kadang-kadang saja, jika kantung spermaku sudah sangat penuh dan aku tidak punya kesempatan untuk onani. Huh!
Capek. Aku mau tidur.

* * *

Maylan. 05.10 subuh. Terbangun kaget.
Hah? Siapa laki-laki di temapt tidurku…..???? Oh, hahahaha……… Si tampan Iwan. Aaaah…..akhirnya aku mendapatkan dia utuh. Dia lebih pantas untukku, dibanding dengan istrinya yang gembrot itu. Huh! Salah dia sendiri tidak bisa jaga diri dan suaminya. Untung di aku. Hehehehe…….
Aku beringsut mendekati Iwan. Merapatkan tubuhku. Merasakan kehangatan yang mengaliri seluruh tubuhku. Dia mendekapku. Merasakan kehadiranku. Membuka mata, perlahan-lahan. Mulai menciumku………………….

* * *

Aura. Duduk di kloset. Pukul 23.00.
Aku tahu ada yang berubah dari suamiku. Dan aku terlalu percaya padanya sehingga mengabaikan kata hatiku sendiri. Tapi aku tidak pernah menduga, separah ini dia berubah.
Kami bercinta tadi. Dia bilang bahwa dia sangat merindukan aku. Tapi.........

* * *

Pukul 09.00 malam. Bunyi mobil memasuki garasi. Suamiku pulang.
Aku terbangun kaget. Bergegas aku ke kamar mandi, membersihkan badan seadanya. Aku masih punya cukup waktu karena biasanya dia akan langsung baca Koran, atau menengok anak-anak kami di kamarnya. Aku baru selesai menyapukan bedak, tiba-tiba dia masuk dan memelukku. Menghujani leherku dengan ciuman. Ada apa ini? Setelah tiga minggu tanpa seks, dia tiba-tiba menghampiriku dengan menggebu-gebu.
Semuanya tanpa-kata-kata. Dia mulai menciumku, menggerayangi tubuhku. Begitu tidak terkendali hingga aku nyaris kehabisan nafas mengimbanginya. Dia terus berpacu dengan hasratnya, sementara aku masih sibuk dengan sejuta pertanyaan dalam benakku. Oh, sepertinya dia sudah hampir sampai. Momen paling indah, menyaksikan suami yang kita cintai menikmati keindahan dunia dalam pelukan kita, menikmati.......
“Lan......Maylan.......Maylaaaan!!!!!!!!”
Badanku mengejang seiring dengan tubuhnya. Tapi bukan karena sebuah orgasme yang indah. Tapi karena aku mendengarnya meracau, menyebut nama orang lain di ujung hasratnya. Maylan. Siapa Maylan??????
Aura. Duduk di kloset. Pukul 23.00.
Aku baru membersihkan diri. Aku serasa tak lagi sanggup berdiri. Badanku serasa remuk, begitu pula hatiku. Maylan. Inikah jawaban dari keglauanku selama ini??? Inikah jawaban dari pulang larut malamnya suamiku di hari-hari kemarin???? Inikah yang membuatnya begitu bersemangat di hari-hari belakangan ini?
Yaa, Tuhan! Sanggupkah aku menerima hal yang lebih nyata dari ini????
Aku terduduk. Di kloset. Sementara suamiku tertidur, tanpa ia tahu, ia telah menggali lubang tempat ia menguburkan kebohongannya yang busuk itu, sendiri.

* * *

Aura. Iwan. Ruang sidang 1, Pengadilan Agama Negeri.
Kami berjabat tangan, tanda perdamaian. Tanda bahwa aku menerima semuanya. Gugatan cerai yang aku kabulkan diterima, dan putusan telah jatuh. 9 minggu setelah hubungan seksku yang terakhir malam itu, dengan Iwan, suamiku.
Di hadapanku berdiri ketiga anakku yang masih kecil dan menjadi hak asuhku. Juga berdiri satu sosok wanita cantik, langsing, berkulit kuning langsat dan menarik. Oh, inikah yang bernama Maylan? Aku pun menyalaminya. Tanpa ekspresi. Tanpa emosi. Sudahlah, sudah cukup tekanan batinku selama menjalani proses cerai ini. Sudahlah.
Aku menggendong aura, sementara si kembar berjalan di belakangku. Aku tahu hidupku tidak akan mudah, tapi aku akan berusaha.

* * *

Aura. Sembilan tahun lewat.
Sebentar lagi pukul 13.00 siang. Aku ada janji makan siang dengan anak-anakku di mall. Bergegas kuambil kunci mobil dan memasang sepatuku. Makan siang bersama menjadi agenda wajibku bersama anak-anak. Pekerjaanku di biro konsultan menjadikanku sangat sibuk sehingga aku harus pandai mengatur waktu, tidak terkecuali untuk anak-anakku.
Aku aura. Wanita di awal 40 dengan kemapanan dan kesuksesan hidup. Sukses karena aku adalah Construction Manager di Biro konsultan terbesar di kotaku, sukses karena anak-anakku tumbuh menjadi orang-orang yang berprestasi di sekolah, dan sukses memangkas lemak-lemak di tubuhku. Meskipun ada gurat halus tanda penuaan di sudut mataku. Aku tidak pernah risau. Dan juga meski aku masih sendiri, aku tak pernah risau.

* * *

Aura. The Sultan Hotel Jakarta. Company gathering.
Ada pertemuan akbar kantorku malam ini. Aku datang, seperti biasa, tampil anggun dengan kerudung, dan elegan dengan stiletto. Berjalan memasuki hall pesta, diiringi anak-anakku. Aku menyapa semua rekan kerja dana bawahanku yang aku temui. Hari ini aku bahagia. Aku mendapat award dari kantor pusat Singapore, atas keberhasilanku memimpin pelaksanaan mega proyek jembatan layang di Megapolitan ini. Aku bahagia.
Tiba-tiba mataku tertumbuk pada satu sosok. Laki-laki berkulit putih dengan tatapan mata kosong ke arahku. Iwankah dia?
Aku mendekat, memastikan penglihatanku. Kemudian dia tersenyum. Senyum yang menampakkan giginya yang rapi, namun tidak lagi bersih seperti 9 tahun lalu aku lihat. Dan badannya yang tidak lagi setegap dulu. Dengan kaku dia menyapaku. Kulayangkan pandanganku mencari Maylan-nya. Tak kutemukan. Kami menjauh dari keramaian karena matanya menyiratkan keinginan untuk bercerita, dan bahunya terlihat sangat berat memikul beban. Aku ingin mendengarnya bercerita.

* * *

Aura. Di dalam mobil. Pukul 00.35
Yah, seperti nilah hidup. Berputar dengan rotasi yang tidak beraturan, mengkuti kehendak Sang Khalik. Iwan melewati tahun-tahun Panjang dengan wanita yang dia puja, yang sanggup memberinya kesombongan dan kepuasan duniawi, tapi tidak ketenangan batiniah. Maylan yang super cantik, menuntutnya banyak hal, membuatnya mendewakan uang, untuk sekedar memuaskan Maylan. Maylan yang cantik dan menggairahkan, tapi tidak bisa memberinya anak, karena Maylan tidak bisa memberinya anak. Mandul.
Perasaannya hancur, seiring dengan rapuhnya tubuh dan jiwanya. Apalagi anak-anak kami tak mampu mengenali sosoknya lagi. Bukan salahku, aku tidak pernah mengajarkan anak-anakku untuk melupakan ayahnya. Tidak pernah.
Kami bercerita banyak, paling tidak, aku harap dengan begitu, beban hidupnya sedikit berkurang. Bukan karena aku ingin mengenang masa-masa yang lalu. Aku cukup bahagia dengan kehidupanku yang sekarang, dengan stiletto, yang menjadi lambing keglamouran seorang wanita, lambang kesuksesan seorang wanita. Dengan anak-anakku yang cerdas dan patuh. Dengan kehidupanku. Semuanya. Aku bahagia. Sangat.
Aku berhenti memikirkan Iwan. Biarlah dia menjalani hidupnya sendiri. Aku menoleh ke Aliyah yang duduk di sampingku, bercerita, juga dengan dua anak kembarku yang duduk di belakang. Bahagia.

* * *

Iwan. Di pintu kamar tidurnya. Pukul 00.35
Huh! Suara si Sundal itu! Siapa lagi yang menggaulinya malam ini? Darahku langsung bergolak. Ini sudah kesekian kalinya aku memergokinya. Aku tahu aku gagal menjadi suami, tau dia yang tidak mampu menjadi istri yang baik. Entahlah. Persetan!
Bergegas kuambil pisau dapur dan mendobrak pintu kamarku. Si jalang itu tengah menunggangi seorang laki-laki muda yang tinggi, tegap, dan tampan. Seperti aku di 9 tahun yang lalu. Pandanganku gelap. Aku tak mengingat apa-apa selain aku merasa tubuhku basah. Oleh darah. Darah perempuan sundal yang telah menjauhkan Aura dan anak-anakku dari pelukku. Dari dari laki-laki yang meniduri istriku. Bangsat!

* * *

Pukul 13.00 siang. Stasiun TV swasta 1. Bursa Calon Menteri Pembangunan.
Ir. Auralia Aditya, calon terkuat untuk kursi Menteri Pembangunan Republik Indonesia. Ulasan mengenai profil, serta misi dan visinya, menarik minta dan simpati banyak orang. Mudah-mudahan Indonesia akan lebih maju dalam kepemimpinannya.

* * *

Pukul 13.00 siang. Stasiun TV swasta 2. Sidik Kasus. Pembunuhan pasangan mesum.
Tersangaka IW belum dapat dimintai keterangannya karena masih dalam pemeriksaan medis dan psikologi sehubungan dengan pembunuhan sadis yang dilakukannya. Beberapa ampul obat penenang telah disuntikkan, tapi entah kekuatan dari mana, sehingga ia tak sanggup dilelapkan. Mulutnya senantiasa meracau, “ Aura! Dhawy! Dhiya! Aliyah!” Berulang-ulang tanpa henti, selayaknya berdzikir. Selayaknya meminta permohonan maaf.

No comments: