Wednesday, October 04, 2006

CERPEN : d'Coffee Bean

Pagi-pagi di pertengahan April. Bangun dengan muka kuyu. Badan lemes. Mata berkunang-kunang. Kepala mumet. Pikiran kusut. Baju kusut. Tempat tidur kusut. Perasaan yang kusut.
Ngulet-ngulet kaya ulat di tempat tidur. Buka selimut. Duduk. Diam. Menghadap tipi yang bungkam. Juga diam. Muka hadap kanan. Pandangan tertumbuk pada gorden. Pantessan kamar gelap. Gorden masih tertutup. Sepi.
Berdiri. Buka goden. Mata kejap-kejap. Sinar matahari menyilaukan. Sialan. Sialan. Sialan. Menunduk, mau buka jendela. Mata tertumbuk pada payudara yang tersingkap. Hehehehee……..si don juan rumah depan pasti dapat rejeki lagi pagi ini. Liat payudara perawan. Yang masih kencang. Bersih.
Buka jendela. Mata kejap-kejap. Menikmati udara pagi, suara mansia dan kendaraan yang lalu lalang. Bau pasar. Bau keringat. Keringat laki-laki mulia, yang pergi pagi pulang sore. Nyari rupiah untuk anak istri yang dicinta; Nyari rupiah untuk istri kedua, ketiga, keempat,………; nyari rupiah untuk perempuan-perempuan berdada penuh berpantat montok di tempat pelacuran; nyari rupiah untuk botol-botol minuman; nyari rupiah untuk obat-obat setan; nyari rupiah untuk judi sabung ayam; nyari rupiah untuk hidup. Nyari rupiah untuk bayar gigolo, Uppsss………..
Duduk dekat jendela. Menatap keluar. Tiba-tiba pandangan mata bertubrukan dengan si Don Juan Morenno, tetangga sebelah. Dia senyam-senyum penuh arti. Penuh birahi. Menatap payudara bersihku yang tidak terbalut BH, yang tersembul dari daster putihku. Anjing! Istri loe tuh yang loe telanjangin! Tapi, A S T A G F I R U L L A H. Aku kok yang mamerin payudaraku. Bukan salah dia menikmati “keindahan” pagi, hihihihihihiii…………………..tapi, dasar dianya juga buaya! Tapi memang seeh, lebih indah punyaku dari punya istrinya yang udah dikenyot 4 tahun oleh dia dan si kecil Bryan.
Duduk dekat jendela. Menatap keluar. Tiba-tiba pandangan mata bertubrukan dengan Yuyin, bininya si Morenno. Senyam-senyum menatapku. “Pagi, Mbak e! Ngapain nongkrong di jendela macam burung hantu aja? Macam orang patah hati aja? Ntar jauh dari rejeki lhouuuuuu…….”. “Kata siapa?”, batinku. Lalu senyum-senyum manis ke arahnya. Merasa menang aja. Karena suaminya ada birahi ke aku. Satu kerlingan saja, rumah tangga mereka bisa ancur. Apalagi si Morenno pasti lebih milih memek yang masih berupa garis lurus, bukan yang mencong kiri kanan tak karuan lagi seperti punya istrinya, hehehehehe……………….
Duduk dekat jendela. Menatap keluar. Tiba-tiba pandangan mata bertubrukan dengan Yuyin, bininya si Morenno. Senyum-senyum menatapku. Yeaks……jijik. Keluar-keluar rumah, dianya cuman pake daster tali-tali tipis. Bawah lehernya ada bekas cupang. Merah-merah. Besar-besar. Memuakkan. Dia jadi mirip lonte murahan. Semalam pasti habis digauli sama Morenno. Pantessan aja semalam ada desahan-desahan halus. Jijik. Tapi bikin terangsang juga. Huks…..huks……huks……….nafasku terhela cepat.
Hadap kiri. Ada cermin besar. Badanku terpantul. Utuh. Terlihat jelas. Mulai dari rambut yang kusut, mata yang kuyu, kulit yang kusam, setengah payudara yang menyembul, perut yang sudah mulai agak gendut, celana dalam berwarna pink passion, kaki yang letih, kuku-kuku yang kusam. Tubuh yang letih. Jiwa yang kehilangan semangat. Separuh mati.
Pagi-pagi di pertengahan April. Bangun dengan muka kuyu. Badan lemes. Mata berkunang-kunang. Kepala mumet. Pikiran kusut. Baju kusut. Tempat tidur kusut. Perasaan yang kusut.
Turun dari tempat tidur. Cari rokok. Babi! Cuman sisa 2 batang. Mana cukuuuuuup???????????? Duduk di lantai. Ambil korek. Nyalakan rokok. Hisap dalam-dalam. Rasanya seperti di surga? Di surga????? Hehehehehe……..kayak gue pernah ke sana aja pake ngaku-ngaku serasa di surga J. Hisap rokok. Dalam-dalam. Hembuskan asap rokok. Pelan-pelan. Sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran kecil di udara. Yang pergi bersama angin pagi. Melayang entah ke dunia mana. Lalu hilang tak berbekas di udara bersih. Tapi meninggalkan bau khas. Seperti bau khasnya ikan. Bau khasnya terasi. Bau khasnya pagi. Bau khasnya tanah yang disirami hujan pertama. Bau khasnya keringat bapakku yang pulang kerja. Bau khasnya keringat adek laki-lakiku yang bermain di bawah matahasi. Bau khasnya vagina. Bau kenikmatan. Bau sebuah kemakruhan.
Hisap rokok. Dalam-dalam. Sambil membayangkan Mbak Asia Carrera yang lagi ngisap kontol bule. Dalam-dalam juga. Merem melek. Maju mundur. Muter-muter. Penuh gairah. Tiba-tiba aku mikir, kapan bisa ngisap kontol. Mungkin tidak akan pernah. Karena aku bukan seperti Mbak Asia Carrera, si bintang Vivid Interractive. Besok-besok kaleeee…….kalo aku udah punya suami. Asyiiiiiiiiik……..!!!!!
Hisap rokok lagi. Dalam-dalam. Hembuskan. Perlahan-lahan. Jadi lingkaran-lingkaran. Pergi bersama angin. Entah ke mana.
Beranjak dari tempat duduk. Nyari kopi. Yang pasti kopi tubruk dong. Robusta punya. Strong flavour. Sundal! Cuman sisa dua sendok kecil. Berarti cuman dapat satu cangkir 330 ml. Nyari air panas. Lahuu! Air termos stock out. Terpaksa ambil di dispenser. Uppps…….lupa naruh gula. Gula yang manis. Semanis senyumku. Semanis triple chocolate Wall’s ice cream. Semanis cinta yang dirasakan perawan-perawan kampung saat melihat mahasiswa-mahasiswa KKN. Cuki mai! Gula abis. Tinggal 2 sendok kecil. Ga akan cukup. Tapi biar aja. Dari pada merana tanpa kopi.
Hening. Hening yang diam. BT. Menunggu menit-menit berlalu. Menit-menit waktu yang dibutuhkan Mak Dispenser untuk mendidihkan air untuk kopiku. Kopi Robusta. Toraja punya. Strong flavour. Rich flavour. Tapi akhirnya mendidih juga. .Masukin ke cangkir. Aduk-aduk. Baunya yang khas memenuhi ruang kamarku. Memenuhi rongga dadaku. Membuatku memejamkan mata beberapa detik, sambil menikmati aroma kopi. Robusta dari Toraja. Kopi dengan rasa yang kuat, dan aroma yang khas.
Perlahan-lahan kuhirup kopiku. Panas. Agak pahit. Tapi menenangkan. Mengaktifkan syaraf-syaraf di otakku untuk berfikir. Berfikir tentang diriku. Tentang hidupku. Tentang karierku. Tentang cintaku. Tentang kegagalan cintaku. Tentang keluargaku. Tentang konflik keluargaku. Tentang batinku. Tentang kesendirianku. Tentang si tampan Jeff yang kupuja dari ujung rambut sampai ujung kaki; yang kukejar sampai ke ujung langit. Laki-laki yang membuat jantungku berdetak sembilan kali lebih cepat, membuat vaginaku basah cuman karena membayangkan bibirnya yang sensual bersilaturrahmi ke bibirku, mengecup sampai melumatnya, kemudian menjelajahi leherku, menggeleser di puncak payudaraku, turun ke pusarku, terus…….terus……….STOP! Dosa tau! Dasar perawan tua! Ngelamun jorok mulu! Fiktor teyuuuuuus! Kaga ada kerjaan laen apa????????
Pagi-pagi di pertengahan April. Dengan secangkir kopi panas. Dari Robusta coffee bean yang menenangkan. Yang mengajakku berfikir tentang hidup. Tentang karier. Tentang cinta. Tentang bahagiaku kelak.
Tentang hidup. Hidupku bahagia. Meski aku anak haram. Toh mami dan papiku menikah juga (akhirnya……..setelah tidak berhasil menggugurkanku. Horrey……Horrey…….Yuppiiee…Yippiiiy…….!!! Dubidubidamdam….suap….suap……). Tentang karier. Karierku bagus, karena terlalu sombong jika dikatakan cemerlang kalee. Big job. Big money. Small job, but still big money. Tentang cinta. Cinta??? C I N T A ???????? Nda jelas. Ada Jeff. Dekat. Dekat banget. Satu kantor. Tetanggaan pula. Sering ketemu. Baik mata maupun bibir. Tapi terasa jauh. Terasa sangat jauh. Padahal suka megang tangannya. Tapi seperti megang kayu. Dingin. Tak ada chemistry-nya. Tak lagi berdebar-debar. Datar. Berarti cintaku lagi di titik nol dong? Entahlah. Tapi sepertinya memang begitu.
Tentang bahagiaku kelak. Yang ini bikin blank. Karena kelak berarti masa depan. Dan masa depan berarti rencana. Sementara sekarang ini belum punya rencana. Punya Jeff. Tapi seperti batang kayu. Keras. Kaku. Kolot. Semuanya keras. Mulai dari rambutnya yang suka dia pakein gel, rahangnya yang mengatup kokoh, badannya yang ditempa oleh latihan fisik di gym saban hari, hatinya yang rada-rada atheis, sampe joystiknya yang keras terus-terus, kata Ratih, sekretaris kantor yang pernah digaulinya. Sebelum ketemu aku. Tapi sumpah dicium Brad Pitt! Aku belum pernah liat batang kesenangannya, apalagi menikmati. Kalo membayangkan mah iya. Entah kenapa. Saya langsung ilfeel kalo foreplay sudah nyentuh dada ke bawah. Ga tau kenapa. Takut ilang perawan aja kalee. Apalagi gue Indonesia asli. Nilai sebuah keperawanan itu masih di atas segala-galanya. Kolot seeh memang, tapi biarlah. Toh vagina saya belum gatal-gatal amat untuk digaruk, huahahahaha……….
Belakangan ini muncul banyak masalah. Muncul banyak perbedaan. Mulai dari pekerjaan, cara pandang terhadap hidup, prinsip-prinsip menjalani hidup, dan banyak lagi yang lainnya. Pertengkaran-pertengakaran dari suara desible kecil sampai high volume mulai sering terjadi. Otot-otot leher yang sebaiknya relaks, mulai sering menegang. GILA! Serumit inikah untuk menyatukan dua karakter manusia?
Aku lelah. Semuanya membuatku lelah. Ternyata hidup manusia tidak berhenti saat sekolah rampung dan karier bagus. Ternyata akhir dari kehidupan bukan hanya ajal, tapi juga pertanyaan tentang pernikahan. “Kapan, Nduk?”; atau, “Sudah ada calonnya belum, Nduk?”; atau komentar-komentar yang tidak kalah pedisnya seperti, “Mami ga butuh kamu kasih duit banyak. Mami mau kamu nikah, ngasih Mami cucu. Apa mau kamu digosipin lesbi? Apa mau kamu jadi perawan tua?”. Siapa juga yang mau jadi perawan tua? Mending punya suami. Ada yang ngelonin tiap malam. Ada yang ciumin tiap hari. Ada yang gauli tiap hari. Punya anak. Punya kehidupan. Manusiawi.
Tapi itulah. Waktu 5 tahun dengan Jeff ternyata harus berakhir begitu saja. Seolah tanpa arti. Seolah rencana-rencana dan mimpi yang dibangun selama ini Cuma merupakan wacana. Tanpa perlu ditindaklanjuti. Tanpa perlu realisasi.
Sedih. Sengsara. Nelangsa. Kehilangan arah. Kehilangan pegangan. Gamang. Membuatku menangis berhari-hari. Membuatku bangun dengan muka kuyu. Badan lemes. Mata berkunang-kunang. Kepala mumet. Pikiran kusut. Baju kusut. Tempat tidur kusut. Perasaan yang kusut.
Biiip……biiiip…….biiiip……..
Bunyi SMS. Mudah-mudahan Jeff. Yang meminta aku untuk kembali. Bergegas kuambil HP, tekan shift *, open lock, 1 message received, open. Huuuuuffffftt………dari Iwan. Salah deh. Kecewa deh………tertipu deh, oleh perasaan sendiri. Hp disimpan lagi. Males buka SMSnya. Bukan orang yang diharapkan. Ga penting.
Duduk di lantai. Nyalain rokok. Hisap dalam-dalam. Lalu nyeruput kopi. Yang tinggal setengah. Blank. Ga tau mau ngapain. Menit-menit berlalu percuma. Yang ada cuma hembusan asap rokok yang melingkar-lingkar. Serasa berada di middle of nowhere. Tidak ada semangat. Tidak ada gairah hidup. Totally blank. Dingin. Dipeluk oleh sepi. Mau ngelamun jorok, ga ada napsu. Mau tidur lagi, tapi mata masih full charge to stay opened. Mau………….
Biiip……biiiip…….biiiip……..
Bunyi SMS. Mudah-mudahan Jeff. Yang meminta aku untuk kembali. Bergegas kuambil HP, tekan shift *, open lock, 1 message received, open. Huuuuuuuuuuuuffffftttttttt………dari Iwan. L A G I???????????? apa maunya seeh orang ini??????? Kubaca aja kalo gitu. Ga ada rugi sebenarnya.
Pagi-pagi di pertengahan April. Pukul 07:35. ada pesan singkat dari Iwan. Dua kali. Sama maksud. Sama arti. Tapi beda versi. Cuman bilang “9ud morning”. Tidak ada yang special. Tapi membuatku terdiam. Lama. Lamaaaaaaa………………..
Entah kenapa, mulai kubuka semua SMS yang berjudul Iwan. Mulai kubaca. Pelan-pelan. Lamat-lamat. Entah kenapa, aku mulai menangis. Tersentuh oleh tulisan-tulisan sederhana yang sarat makna. Penuh perhatian. Membahagiakan. MEMBAHAGIAKAN????? Yah, membahagiakan. Lalu aku larut dalam puluhan pesan yang selama ini terabaikan. Berulang-ulang membacanya. Berusaha menemukan dan meyakinkan diri, bahwa ada rasa yang tersirat dalam semua tulisan itu. Tapi tidak kutemukan. Tapi cukuplah. Cukup membuatku tersenyum, merasa dihargai, dan merasa bahagia. BAHAGIA????? Bahagia?????? B A H A G I A????
Yah, aku merasa bahagia. Entah kenapa. Hatiku terasa penuh. Penuh cinta dan semangat. Semangat untuk mencinta. Lagi.
Tiba-tiba ada rasa kangen. Untuk mendengar suaranya. Kuambil handphone. Search for namanya, ring up, tapi ku-cancel. Jangan. Tidak usah. Tidak bijaksana. Gengsi dong. Cukup SMS saja. Tanya kabar. Jangan berharap dibalas. Toh dia bukan siapa-siapa.
Biiip……biiiip…….biiiip……..
Bunyi SMS. Mudah-mudahan Iwan. Bergegas kuambil HP, tekan shift *, open lock, 1 message received, open. Ternyata memang Iwan. Baca SMSnya. Ketawa ketiwi. Balas SMSnya.
S E N A N G.
Biiip……biiiip…….biiiip……..
Bunyi SMS. Mudah-mudahan Iwan. Bergegas kuambil HP, tekan shift *, open lock, 1 message received, open.
Ternyata memang Iwan. Baca SMSnya. Ketawa ketiwi. Balas SMSnya.
B A H A G I A.
Biiip……biiiip…….biiiip……..
Bunyi SMS.Mudah-mudahan Iwan.Bergegas kuambil HP, tekan shift *, open lock, 1 message received, open.
Ternyata memang Iwan. Baca SMSnya. Ketawa ketiwi. Balas SMSnya.
Apa aku jatuh cinta lagi?
Biiip……biiiip…….biiiip……..
Bunyi SMS. Mudah-mudahan Iwan. Bergegas kuambil HP, tekan shift *, open lock, 1 message received, open.
Ternyata memang Iwan. Baca SMSnya. Ketawa ketiwi. Balas SMSnya.
Ga pake mikir lagi. Menikmati waktu. Menikmati keintiman.
Begitu seterusnya.
Dari pagi. Sampe sore.
Sampe capek. Sampe tertidur.
Magrib-magrib di pertengahan April. Bangun. Mandi. Keramas. Shalat magrib. Pakaian. Dandan ala kadarnya. Keluar kamar. Nyari Toko HP. Beli perdana, ngisi pulsa. Mau telfon Iwan. Ga tau kenapa. Mau mencari kenyamanan. Dia bisa ngasih itu.
Rasanya mau mati. Nunggu jam 11 malam. Untuk bisa telfon Iwan. Temanku yang baik hati. Yang mau dengar curhat-curhatku. Yang tidak membiarkanku menangis sendiri. Pokoknya ntar malam mau curhat abis. Mau membuang semua kekesalan hati.
Malam-malam di pertengahan April. Ada pembicaraan yang hangat dan panjang. Cerita-cerita ringan yang mengalir deras. Seperti air di sungai yang mengalir jernih. Sampai akhirnya capek tertawa, kemudian tertidur lelap. Lelap dan bahagia. Bahagia sekali. Sekali lagi bahagia karena Iwan.
Pagi-pagi, satu hari lewat dari pertengahan April. Bangun dengan muka cerah. Badan nyaman. Mata berbinar-binar. Kepala enteng. Pikiran tenang. Baju rapih. Tempat tidur rapih. Perasaan yang bersemangat.
Ngulet-ngulet kaya ulat di tempat tidur. Buka selimut. Duduk. Diam. Menghadap tipi yang bungkam. Juga diam. Muka hadap kanan. Pandangan tertumbuk pada gorden. Pantessan kamar gelap. Gorden masih tertutup. Sepi.
Berdiri. Buka goden. Mata kejap-kejap. Sinar matahari menyilaukan. Bahagia. Bahagia. Bahagia. Sinar matahari begitu cerah. Tatapan mata bertubrukan dengan si Don Juan Morenno tetangga sebelah yang playboy busuk. Kuberi dia senyum yang manis. Senyum seorang tetangga. Begitu pula kepada Mbak Yuyin, istrinya. Mereka juga tertawa bahagia. Pasti masih terbawa exited-nya orgasme semalam di ranjang mereka.
Turun dari tempat tidur. Stretching. Jadi lebih segar. Wudhu. Shalat subuh. Selesai. Ngerokok ga ya? Ngerokok aja. Nyari rokok. Masih ada sebatang. Apa lagi ya? Oh, iya. Ngopi. Nyari kopi. Alhamdulillah, masih ada satu sachet Classic Nescafe. Masih ada sedikit gula, dan air panas di termos.
Seduh kopi. Wanginya memenuhi ruang kamarku. Memenuhi rongga dadaku. Tapi sepertinya bukan kopi yang bikin perasaanku tenang. Stel MP3, ada Glenn dengan Kisah Romantis-nya. Isap rokok. Dalam-dalam. Sambil membayangkan, si Iwan yang baik. Iwan yang ngasih Tip Ex untuk menghapus my story of the past. Iwan-ku yang…………..
Biiip……biiiip…….biiiip……..
Bunyi SMS. Mudah-mudahan Iwan. Bergegas kuambil HP, tekan shift *, open lock, 1 message received, open. Ternyata memang Iwan. Baca SMSnya. Ketawa ketiwi. Balas SMSnya.
B A H A G I A. sangat bahagia. Balas SMS pertamanya, dengan satu doa sederhana di dalam hati kepada Allah, “ Ya Allah Yang Maha Rahiim, jadikanlah dia yang terakhir di hidupku. Amin. Yaa Rabbal alamiiin.

No comments: