CERPEN : Moro
Pukul 19.00 WITA. December 2004. Zenith Resto.
Life's yummy, enJOY it!
Pukul 19.00 WITA. December 2004. Zenith Resto.
Posted by iMAs 0 comments
Crazy……I’m crazy for feeling so lonely
And crazy……
Crazy for feeling so……….
Ponselku bunyi. Bergegas aku meraihnya dan senyum-senyum sendiri. Pukul 04.55 subuh waktu Balikpapan dan suamiku sudah menelfon.
“Assalamu alaikum, Aura-ku”
“Waalaikum salam, Rayya-ku”
“Kapan balik?” tanyanya
“Tiga hari lagi. Kenapa, sayang? Subuh-subuh telfon bukannya tanya aku udah shalat apa belum, eh…malah nanya kapan baliknya,” candaku
“Emang ga boleh?”
Upppssss…………..
“Boleh kok, sayang. Tapi Rayya kan tau kalo aku baru balik tanggal 15 nanti. Tiga hari lagi, sayang,” bujukku
“BT tau ngga. Apa-apa sendiri, yang paling BT karena harus tidur sendiri, but it’s okey lah, asal jangan sering-sering aja kaya gini,”
“Iya……iya……Udah shalat belum?” tanyaku
“Belum,” jawabnya pendek
Otakku berfikir keras. Ngga biasanya Rayya-ku bersikap seperti ini. Ini bukan pertama kalinya aku berpisah jauh dengan dia, meski aku akui kali ini yang terlama. Sepuluh hari aku harus pisah dengan dia karena projek yang aku tangani kali ini jauh dari tempat tinggalku, Makassar. Baru kali ini aku kerja projek samapai ke luar pulau.
“Kenapa, sayang? Lagi sakit?”
“Ya”
“Sakit apa? Kapan mulainya? Udah minum obat?” tanyaku panik
“Sakit jiwa, obatnya jauh”
“Sakit jiwa?”
“Kangen tau! It’s been a week, Aura!”
“Hahahahaaaaa………Suamiku…Suamiku…….Love you, honey!”
Setelah 4 tahun menikah, setelah Dzaki dan Dhawy keluar dari rahimku, setelah total 8 tahun kebersamaan jika dihitung masa pacaran, laki-laki yang keras kepala dan (sedikit) egois ini baru saja mengatakan satu kata yang (sepertinya) belum pernah keluar dari bibirnya. Sedikit aneh dan……..
“Emangnya ga boleh apa kangen sama istri sendiri?”
“Oh, boleh dong sayang. Boleh banget. Harus malah. Cuma, maaf, kedengaran aneh aja, hehehee………Kamu jaraaaaang banget ngomong kangen ke aku,” jawabku
“Ya….yaaa gitu deh. Makanya cepat pulang. Obatnya itu kamu,”
“Iya, Insya Allah 3 hari lagi kan ketemu. Shalat dulu, sayang yah. 10 menit lagi aku telfon balik deh” bujukku
“Emmm……jangan 10 menit. Ngga cukup waktunya. 20 menit lagi deh,” tawarnya
“Dua puluh menit? Okay deh, bagus juga ditambahin shalat sunnat”
“Ngga, bukan buat shalat sunnat, aku mau junub dulu,” jawabnya
“Hah???? J U N U B? Kamu habis…………,” tanyaku ragu. Setelah seminggu ditinggal jauh, apa suamiku ngga bias nahan keinginannya dan mencari……
“Eh, Oon! Jangan mikir macem-macem deh. Dosa tau!”
“Terus, harus pake junub karena apa? Onani?” tanyaku
“Bodoh! Ngapain aku onani? Kaya ngga ada kerjaan lain aja?”
“Terus…….????”
“Kamu pasti ngga percaya,” pancingnya
“Apa?”
“I just got wet-dream,” jelasnya, malu-malu
“W H A T, honey? Wet dream? Huahahahahaaaaaa……..” aku ngga kuasa membendung tawaku. Gila! AKu ngga kebayang, suamiku yang umurnya dah 35 ini masih mimpi basah?
“Yah, emang ngga boleh? Siapa suruh kamu ngga ada. Pastilah aku kangen. 4 tahun menikah, paling lama aku pisah dengan kamu Cuma 3 hari. Ini, hari ke-8, siapa yang ngga blingsatan? C’mon, honey. Ini rutinitas, ngga ketemu yaaa pasti nyari lah,”
“Heheheee……..excited ngga?”
“Hehehehe……..” Rayya cuman tertawa, misterius
“Excited ngga?” tanyaku penasaran
“Yaa…..gimana yah?” jawabnya menngantung. Aku BT
“Sama siapa?”
“Apanya?” tanyanya pura-pura bego
“Sparing partnernya lah,” jawabku
“Oh, itu. Ngga tau. Mukanya ngga keliatan. Keliatan sih, tapi samar-samar gitu. Soalnya aku fokusnya ngga ke situ, hehehe……” jelasnya
“Ah, tau deh. Kalo gini aku cepat-cepat pulang aja ah,”
“Kamu juga pasti kangen aku kan?” tanyanya
“Yeee……..siapa bilang? Aku kangen ma anak-anak lah,” jawabku ngga mau kalah
“Iya deh……..Iya deh…..tapi cepat pulang ya, sayang. Manchester United banget gitu lho, “ bujuknya
Manchester United, MU, istilah kami sebagai plesetan dari Miss U, hehehehe….
“Ya. Udah ya telfonnya? Mandi dulu trus shalat. Ntar keburu abis waktunya,”
“Okah, honey. See u later,”
“Mmmmmmuach…….Assalamu alaikum,” pamitku
“Mmmmmmuach…….Mmmmmuach…….Waalaikum salam,” jawabnya
Hah! Aku juga kangen banget. Tidak terasa sudah 8 hari berpisah jauh. Esensinya pasti bukan pada hubungan badaniah, tapi kekosongan jiwa, tau bahwa pasangan kita tidak ada di dekat kita, secara ragawi, bisa saja menimbulkan perasaan janggal tersendiri.
Rutinitas-rutinitas yang berjalan sekian waktu menjadikan otomatisasi tersendiri bagi jiwa dan raga dalam menjalani keseharian. Mulai dari bangun tidur dengan diawali dengan kecupan-kecupan hangat dan mesra, shalat berjamaah, sarapan, berangkat ke kantor, keluar makan siang, pulang kantor, makan malam, berangkat tidur, bercinta, dan seterusnya.
Ah, aku kangen Rayya. Mungkin memang dia bukan laki-laki romantis, tapi yang pasti dia sangat care. Love My Rayya.
* * *
Pukul 17.00, Bandara Hasanuddin Makassar.
Senang sekali rasanya aku bias kembali ke tengah-tengah keluarga. Di pintu kedatangan aku menangkap sosok suamiku, si sulung Dzaki dan Dhawy dalam gendongan bapaknya.
Bergegas kuhampiri mereka, mengecup kening ketiga laki-laki yang sangat aku cintai itu kemudian menuju ke mobil dan beranjak pulang.
“Ngga ada makanan di rumah, Aura. Makan di luar aja yuk” kata suamiku
“Iya, boleh lah. Aku juga lapar nih,” jawabku
Lalu kami menuju ke salah satu mall di pusat kota untuk menyambangi resto fast food favorit kami sekeluarga.
* * *
Pukul 21.30, di rumah, kamar tidur kami.
“Capek banget ya, sayang?” tanya suamiku sambil memelukku mesra
“Ngga juga. Memangnya kenapa?” godaku
“Heheheeee………”
“Huahahaha…….Iya deh,”
“Tapi, maaf kalo duluan game over sebelum kamu. Maklum, lama ngga…..”
“Iya, sayang. Aku ngerti,” kataku, “tapi, aku ke toilet dulu yah. Ngga tau nih kenapa tiba-tiba mules,” lanjutku.
Sebenarnya sebel juga kenapa sakit perut menyerang pada momen-momen seperti ini. Ngga biasanya. Padahal sudah terbayang kehangatan tubuh suamiku dan lembut belaiannya. Apalagi aku kan jablai stelah 10 hari pisah dengan dia.
Bergegas aku ke kamar mandi. Melorotkan (maaf) CD lalu duduk di kloset. Tiba-tiba mataku terpaku pada satu hal. OMG PDA, Oh, my God! Please dong ah…!
Aku keluar dari kamar mandi dengan senyum-senyum. Suamiku pun senyum-senyum. Tangannya terbuka lebar dan aku pun langsung menghambur ke pelukannya. Tanpa basa-basi dia menghujani wajah dan bibirku dengan ciuman-ciuman hangat yang menggelora. Setelah beberapa saat, aku membebaskan bibirku dari bibirnya, sambil senyum-senyum dan mengatur nafas, aku bilang,
“Sayang, maaf. Aku haid,” kataku
“Oh……..?^!(^$!&$!%*#%*%#(!@$_” balasnya
Suamiku langsung memelukku erat. Meletakkan kepalanya di bahuku, dan berkata lirih,
“Puasaku berlanjut 7 hari lagi ya?”
Heheheeheheeeeeee……………….
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 4 comments
Posted by iMAs 0 comments
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Women’s Complaints about Men
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
1. They are not understanding enough.
2. They are not sensitive to feelings and needs.
3. They are not affectionate enough.
4. They tend to bypass sexual foreplay, and are quick to ejaculate thus losing their sexual interest, before the woman is satisfied.
5. They do not communicate enough. They do not express their feelings and thoughts.
6. They do not pay enough attention to their partners.
7. They do not spend enough time at home with their children.
8. They do not help with order and cleanliness of the home.
9. They do not appreciate the work involved in keeping up the home or in bearing and bringing up children and do not compensate this contribution to family life.
10. They make decisions about work and life without regarding the woman’s or the family’s needs.
11. They create extramarital relationships
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Men’s Complaints about Women
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
In the same groups I have found that men have the following complaints about women.
1. Women complain, criticize and nag too much.
2. They try to control and suppress men.
3. They are seldom happy.
4. They tend to withhold sex as a punishment or blackmail.
5. They do not think logically, but emotionally.
6. Their emotions are not predictable but change quickly especially due to hormones, during menstruation, pregnancy or menopause.
7. They tend to gossip.
8. They, too, create extramarital relationships.
9. They are not home enough (which for some men means - continuously)
10. They are not taking enough care of the home
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
What Men Can Do to Help Their Relationship Partner's Feel Happier
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
(Most lessons are, of course, for both sexes.)
Men can learn to:
1. Be more understanding and sensitive of her needs.
2. Be more affectionate, tender, affirming and loving.
3. Approach her consciously and sensuously allowing their mutual sexual energy to gradually develop.
4. To communicate more openly their thoughts, feelings and needs.
5. Spend more quality time with their children.
6. Help out with the cleanliness and order of the home.
7. Appreciate, and where necessary, financially reward their partners for work done in the home.
8. Include all the family in decision making.
9. Be monogamous.
10. Understand that her criticism is often a function of the fact that her needs are not being fulfilled.
11. Overcome the fear of being controlled and be true to themselves in each situation.
12. Understand that women perceive situations differently and respect that.
13. Understand that women are often the victims of their hormonal changes and that this is not easy.
14. Understand that women, too, need to get out of the house and engage in activities, which interest them
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
What Women Can Do to Help Their Relationship Partner's Feel Happier
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
(Most lessons are, of course, for both sexes.)
Women can learn to:1. Express their needs directly without complaining or nagging.
2. Trust their partner and allow him to function freely.
3. Focus on how grateful they are to have what they have.
4. Analyze situations from an even more logical point of view, especially when they suspect hormones are affecting them. (Or avoid reacting at those times.)
5. Avoid gossiping.
6. Be monogamous.
7. Find a balance between taking care of the home and asking the others for help.
8. Feel equal - neither superior nor inferior to men.
9. Understand that men have difficulty with communicating feelings and not take this personally.
10. Realize that their partner loves them even when he cannot be affectionate or tender.
11. Guide the man with their preferences in their sexual contact.
12. Radiate feelings of equality and self-confidence without competitiveness.
We need to transcend our differences and creating loving relationships.
May you and your family be well
Posted by iMAs 0 comments
Aku mau muntah
Melihatmu melintas di hadapanku
Aku hampir muntah
Waktu kau singgah dan menyapaku, "Hai!"
Aku betul-betul mau muntah
Saat kau mengajak, "Nonton layar tancap di alun-alun yuk!"
Aku balik badan, berjalan 200 meter, kemudian muntah
Kemudian kuusap sudut bibirku, balik badan, singgah minum
Dan berjalan 200 meter, kembali ke arahmu
"Ayo!" Seruku, tanpa tau mengapa mau
Mau ikut, sekaligus mau muntah
Aku mau muntah
Melihatmu tanpa henti tertawa
Karena adegan-adegan kabur dari layar usang dan buram di hadapan kita
Aku hampir muntah
Saat tanganmu yang kasar meremas jemariku
Segera kuambil air yang tadi kau beli
Kuteguk sampai habis, agar tidak muntah
Dan aku perlahan menjadi tenang
Setenang yang tidak mampu aku duga
Dan tidak lagi ingin muntah
Meski kau di sampingku
Tepat di sampingku
Menyentuh garis samping tubuhku
Aku muntah
Muntah, mual, muntah, mual, muntah, mual, muntah
Setiap hari
Ada atau tidak kau di hadapanku
Entah mengapa aku terus menerus muntah
Apakah karena dirimu, atau karena air yang kau beli malam itu
Saat aku mau muntah, di alun-alun, di tengah-tengah film
Bisa jadi karena air itu
Yang aku minum tanpa ragu
Yang ternyata telah kau mantrai dengan kepicikan
Dan membuatku terlelap hingga jauh
Dan membiarkanmu memasukiku sejauh yang kamu mampu
Hingga aku selalu muntah
Muntah tanpa henti
Tidak pagi, siang, sore, atau malam
Tapi anehnya
Muntah tidak membuatku merasa lebih nyaman
Atau mengempiskan perutku
Malah membuatnya tambah membusung
Disertai muntah dan mual, mual dan muntah, mutah dan muntah
Aaaaaahhhhh...............
Kau membuatku muntah
Lahir dan batin
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Minggu penuh amarah
Berwarna merah
Dan juga ada gelisah
Yang membuncah-buncah
Hendak tumpah
Menatap sundal-sundal murah
Yang tidak punya peluh
Minggu penuh gelisah
Dan ada juga amarah
Serta sundal-sundal murah
Memakai sandal-sandal merah
Dan berjalan dengan langkah tertatih
Karena luka hati yang parah
Minggu penuh amarah
Dan juga gelisah Serta hati yang memerah
Pedih
Pedih banget gitu loh
Siapa suruh punya kekasih?
Posted by iMAs 0 comments
Minggu-minggu abu-abu
Minggu-minggu kelabu
Pernahkah kau bertanya pada dirimu?
Jauh ke dalam hatimu
Dan berkata sejujurnya, mengaku
Bahwa orang yang kau kenal menurutmu
Adalah seonggok debu
Sebenarnya tidak kau tahu
Kabur, kelabu, abu-abu
Membuatmu jadi seperti orang dungu
Yang terpekur sendu
Dan bertanya pada sepi yang bisu
Mana kekasihku?
Dan dijawabnya sambil lalu
Adakah kekasihmu?
Kemudian kau berseru
Tentu!
Dan dia bertanya lugu
Adakah untuknya cintamu?
Entah mengapa, kau terdiam, ragu-ragu
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments
Posted by iMAs 0 comments